"Life Is An Adventure And Happiness Is Not A Destination It Is A Way Of Life"

"La Felicidad No Es Destino Lo Es Camino"

"Hamemayu Hayuning Bawono"

Selasa, 10 Maret 2015

SATU SATUNYA KEPASTIAN ADALAH PERUBAHAN



Suatu hari aku terhenyak oleh sebuah kalimat yang tertulis pada lembaran kertas pembungkus kacang godok, yang makanan ini sering kami nikmati di alun-alun yogyakarta. Rekreasi ala kaum marginal yang kami lakukan adalah untuk melepaskan kepenatan tugas harian yang secara sadar kami laksanakan dan kami tahu bahwa golongan kami adalah pemilik stratifikasi sosial terendah dan berfungsi sebagai mangsa ideologis dari para makhluk predator yang bernama politisi pemonopoli anggaran, kekuasaan dan segala macam kebijakan dalam hubungannya dengan sistem sosial yang disebut sebagai negara.

“Satu-satunya kepastian adalah ketidak pastian dan satu-satunya yang konstan adalah perubahan”

Kalimat ini bermakna filosofis yang sederhana dan mendalam serta membawa variabel multipel tafsir, sehingga pada tingkat praktis akan ditemukan banyak variasi interpretasi yang secara subyektif pasti akan sangat berbeda. Penyebab utama perbedaan pandangan yang lahir pada tiap individu dikarenakan adanya faktor-faktor internal subyek seperti: 
-latar belakang geografis
-sosiologis
-psikologis
-afeksi-afeksi
-kognisi
-motivasi
-
    Secara subyektif penulis menyatakan bahwa filsafat sederhana tersebut lahir sebagai cara termudah (short cut) dari kalangan “ahli pikir” dalam rangka memberikan suatu pemahaman yang komprehensif kepada khalayak maupun individu tentang adanya“hukum ketidak pastian atas segala  yang ada di alam semesta”, sehingga bagi mereka yang tidak memiliki waktu untuk belajar dan mengkaji ilmu lain diluar ilmu yang telah mereka kuasai, dengan alasan subyektif apapun, pada akhirnya dapat memahami bahwa “stagnasi adalah  proses bunuh diri secara perlahan yang sebenarnya dilakukan oleh alam bawah sadar subyek maupun kolektif”.
Pemahaman akan makna ini dapat diberlakukan sebagai kasus mengenai kesadaran subyektif maupun kesadaran kolektif, tergantung dari kaca mata mana kita memandang tentang suatu fenomena terjadi.

Mengapa alam bawah sadar kita jadikan sebagai tersangka, karena menurut Freud di dalam “Psikoanalisis” menyatakan bahwa hampir secara keseluruhan dari tindakan yang dilakukan manusia adalah terjadi dibawah pengaruh alam bawah sadar, yang hal ini sesungguhnya merupakan refleksi dari stimulus tidak sadar yang dilakukan oleh memori bagian terdalam dari subyek sebagai akibat dari afeksi-afeksi yang pernah diterimanya didalam proses  relasi dan interaksi yang terjadi pada masa lampau.
Sebagai contoh sebagian dari remaja putri yang berbelanja di mall, kebanyakan mereka tidakmembeli barang yang telah mereka rencanakan sebelumnya, akan tetapi mereka malah membeli barang jenis lain yang tidak dibutuhkan dan direncanakan sebelumnya karena adanya alasan-alasan irasional seperti barang tersebut lucu, imut, eye catching.

Jika pada suatu sistem sosial (organisasi masyarakat) terdapat individu-individu yang mayoritasnya tidak memahami dari pada proposisi filosofis diatas, maka dapat dikatakan bahwa ini merupakan suatu fenomena sosial yang akan memiliki imbas negatif kedepan, yaitu kepada prilaku kolektif yang dilakukan secara tidak sadar dalam rangka self destruction atau  peruntuhan suatu peradaban yang telah mereka capai sebelum generasi kontemporer. 

Walaupun perubahan dan kesadaran adalah dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dihilangkan salah satunya, yang apa bila sisi lain dari koin ini dihilangkan maka akan berakibat hilangnya nilai sesungguhnya secara materialistis dalam fungsinya sebagai alat penukar, akan tetapi fenomena ketidak sadaran sosial ini telah tumbuh dan meng epidemi masyarakat dalam segala stratifikasi.

Apakah perilaku ini adalah kesalahan dari masyarakat sebagai pemilik kesadaran kolektif? Jawabannya secara logis jelas bukan, karena apa yang dilakukan masyarakat adalah hasil dari pada proses oservasi subyektif  terhadap, yang perilaku kurang terpuji dari kelompok pemilik stratifikasi sosial yang lebih tinggi diatasnya, yang itu semua telah di eksploitasi melalui media, atas nama demokrasi maupun komoditi, yang kemudian terjadi suatu proses simpati dan berakhir kepada kloning prilaku.
Mengapa masyarakat sebagai suatu bagian dari sistem organisasi sosial tidak dapat di jadikan sebagai tersangka? Karena sebagian besar sumber daya yang dimiliki oleh suatu sistem sosial, hanyalah dikuasai oleh sebagian kecil individu yang memiliki stratifikasi lebih tinggi, seperti kekuasaan, kapital, kognisi dan sains, dan yang dimiliki masyarakat adalah kepatuhan karena tidak adanya akses terhadap kekuasaan, walaupun akses itu telah di buka melalui sistem eleksi, akan tetapi ini bukan merupakan suatu garansi.


Jika didalam praktek pada proses penyelenggaraan organisasi terdapat penyimpangan-penyimpangan prilaku secara subyektif yang dilakukan oleh pemilik stratifikasi lebih tinggi, yang pada akhirnya merugikan salah satu pihak yaitu  “stake holder”, yang sebenarnya dari stake holder inilah organisasi tersebut dapat dijalankan karena merekalah pemilik/penghasil alat tukar atau dalam istilah lain bahwa merekalah yang bekerja, maka ini dapat dikatakan sebagai cara perlahan untuk bunuh diri secara sadar (yang lahir dari alam bawah sadar karena akumulasi prilaku).

Apalah arti suatu organisasi jika ia eksis, akan tetapi tanpa memiliki alat penukar, maka  dapat dibaratkan sebagai burung cendrawasih yang hidup tanpa bulu, maka secara tidak langsung sang burung hanyalah penyandang sebyektif sebuah nama dengan segala kebesaranya, sedangkan secara realiteit fungsinya sebagai burung untuk dapat dinikmati oleh organisme manusia (sebagai komoditi wisata) serta mengeksplorasi langit biru guna menjalankan fungsi naturalnya, sehingga yang ada hanyalah isapan jempol belaka alias “nonsense”.

Maka kalimat “Satu-satunya kepastian adalah ketidak pastian dan satu-satunya yang konstan adalah perubahan” seharusnya menjadi suatu kesadaran kolektif organisasi, bukan hanya kesadaran wajib untuk stratifikasi yang lebih rendah, yang pada endingnya hal ini akan melahirkan tiran-tiran baru layaknya NEO ORDO yang bersembunyi dibalik moralitas, norm, etik, nasionalisme, etnosentrisme dan budaya, yang sebenarnya kata-kata tersebut hanyalah nonsense dan mimpi, jika tanpa di iringi oleh kerja keras dan akumulasi kualitas waktu kerja serta kuantitas subyek-subyek yang terlibat.

atmosuryo botjah angon
de febrero de 2015

Minggu, 22 Februari 2015

GIBSON L OO ACOUSTIC GUITAR *THE LEGEND*

A luthier where living in hometown was help me to made this super bright tone acoistic guitar, need more than a month to wait. I put steel stings of Ernie Ball Extra Slinky.

necesitaba un mes para realizar esta guitarra, el sonido está super  exelente, pon ernie ball steel strings extra slinky.




Selasa, 03 Februari 2015